Kamis, 17 November 2011

cobalah berpikir realistis

Mengintip Udang di Balik Batu Obama di Bali
Headline

INILAH.COM, Jakarta - Presiden AS Barack Obama dijadwalkan tiba di Bali, Kamis (17/11) untuk mengikuti KTT Asean. Adakah agenda tersembunyi orang nomor satu di AS pada kedatangannya ke Indonesia kali ini?
Berbagai kalangan menduga, Obama berniat menggoalkan Exxon Mobile sebagai operator pertambangan migas di Blok Natuna Timur. Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (Ires) Marwan Batubara memprediksikan hal itu lantaran melihat berbagai indikasi. Di antaranya adalah adanya iklan Exxon Mobile dan kedatangan Presiden AS ke Indonesia.
“Dalam satu atau dua bulan terakhir ini, iklan Exxon Mobile, hampir setiap hari di televisi bisa kita lihat. Ini sama dengan waktu dulu ketika akan ada penyerahan Blok Cepu kepada Exxon Mobile, di media massa, di koran, Exxon pasang iklan,” ujarnya dalam acara Temu Tokoh Nasional Tolak Obama Presiden Negara Penjajah!, di Jakarta, pekan lalu.
Menurut Marwan, Exxon beriklan dengan tujuan agar publik dapat menerima bila pemerintah Indonesia memutuskan sumber migas itu dikelola perusahaan tersebut. Kedatangan Obama ini mengingatkan pada kunjungan Sekretaris Negara Amerika saat itu Condolizza Rice ke Indonesia yang meminta Blok Cepu, dengan bagi hasil yang tentunya menguntungkan AS.
Dan benar, tidak lama kemudian, Blok Cepu diserahkan kepada Exxon Mobile. Padahal Direktur Pertamina saat itu menyatakan mampu mengelola Blok Cepu. Pola yang sama pun terjadi saat ini. Di samping Exxon beriklan secara massif, Presiden Amerika itu pun akan datang dengan dalih menghadiri KTT ASEAN +.
Marwan pun mengingatkan, dalam beberapa minggu ke depan akan ada keputusan pemerintah tentang siapa dan berapa persen nanti masing-masing sahamnya yang akan mengelola blok Natuna Timur (dulu Natuna D Alfa).
Calon kontraktornya saat ini ada empat. Yakni Pertamina, Exxon Mobile, Petronas (Malaysia), dan Total (Prancis). “Kita, aktivis ya, sudah menyuarakan bahwa tidak ada alasan apapun yang bisa kita terima untuk tidak menunjuk Pertamina sebagai operator,” katanya.
Tapi ada kemungkinan Exxon yang akan ditunjuk sebagai operator. “Nah, ini bisa saja menjadi salah satu agenda Obama di samping hal-hal lain,” ujar mantan anggota DPD RI itu.
Presiden Obama dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Nusa Dua, Bali, yang digelar mulai Kamis (17/11) ini. Tahun ini pula, untuk pertama kalinya, Presiden Amerika Serikat akan menjadi satu di antara 18 pemimpin negara yang duduk dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS). Amerika bersama Rusia menjadi anggota baru EAS.
Kehadiran Amerika Serikat dan Rusia dalam EAS semula dipandang tak memberi nilai positif bagi ASEAN. Sebab, kedua negara adidaya itu ditakutkan akan menyetir agenda-agenda ASEAN agar selaras dengan agenda mereka. Namun sepuluh negara anggota ASEAN menepis kekhawatiran itu dengan memberi persetujuan penuh pada 2010.
Di luar isu energi, Lembaga pegiat hak asasi manusia Human Rights Watch kemarin mendesak Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk membahas isu-isu kekerasan terhadap kelompok minoritas keagamaan dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Kelompok yang berbasis di New York, Amerika Serikat, itu mendesak Obama menekan Yudhoyono untuk memberangus undang-undang yang bersifat diskriminatif.
"Obama mesti jujur soal masalah pelanggaran hak asasi manusia yang serius di Indonesia," kata Deputi Direktur Human Rights Watch Asia Elaine Pearson. "Ketidakpedulian pemerintah Indonesia atas aksi kekerasan terhadap kelompok agama, dan tindakan brutal aparat keamanan terhadap aksi unjuk rasa damai, merupakan hal yang tepat untuk memulai pembicaraan." ungkap Pearson dari Human Rights Watch. [berbagai sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar