Sabtu, 26 November 2011

kisah

NEWS: MukzizatNya bagi Rakyat Palestina menghadapi Rezim Zionist (kisah Nadia Mousa Abu Marzuk)

Keajaiban-keajaiban juga sering dialami warga Palestina dalam menghadapi kebiadaban rezim Zionis Israel. “Tentara Israel banyak yang lari dari medang perang bahkan menjadi gila. Mereka yang lari dan ketakutan itu mengaku seperti melihat banyak sekali pasukan yang mengepung mereka di perbatasan,” ujar Ummi. Atas undangan KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina) Ummi Nadia berkesempatan datang ke Indonesia selama dua hari ditemani puteranya Muhammad. Selama kunjungannya di Indonesia, Ummi Nadia melakukan audiensi dengan siswa-siswi sekolah Jakarta Islamic School dan organisasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) di Bandung. Eramuslim, berkesempatan untuk bertemu dan menemani perjalanan beliau ke Bandung hari Sabtu kemarin. Dan dari Ummi Nadia kami menggali dimensi lain perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan dan penindasan Zionis Israel terutama dari sisi pandang seorang perempuan dan seorang istri pejuang, sekaligus seorang pengungsi yang sampai saat ini merindukan untuk bisa kembali pulang ke kampung halaman mereka di Palestina.
Ummi Nadia termasuk perempuan yang istimewa karena suaminya, Mousa Abu Marzuk adalah salah seorang petinggi Hamas. Mousa Abu Marzuk saat ini menjabat sebagai salah satu kepala biro politik Hamas dan salah satu tokoh Hamas yang menjadi incaran Israel. Saat ini, Ummi Nadia, suami dan enam anak-anaknya (lima laki-laki dan satu perempuan) menetap di Damaskus, ibukota Suriah.
Sosok perempuan Palestina yang lembut ini menceritakan pada kami, saat ini ada sekitar 1,5 juta warga Palestina yang menjadi imigran di Suriah. Sebagian besar dari mereka adalah pengungsian sejak tahun 1948 (saat berdirinya negara ilegal Israel) dan saat pecah perang enam hari antara Arab-Israel tahun 1967. Warga Palestina di Suriah, seperti juga warga Palestina lainnya yang tersebar di Libanon, Yordania dan di seluruh pelosok dunia kesulitan untuk kembali lagi ke tanah air mereka, Palestina karena larangan dari rezim Israel. Apalagi untuk keluarga Ummi Nadia, yang tercatat sebagai keluarga pejuang Palestina dari Hamas, Israel tidak pernah mengizinkan mereka masuk kembali ke Palestina dengan alasan apapun.
Ummi Nadia mengungkapkan, kehidupan para pengungsi Palestina di Suriah relatif lebih baik karena pemerintahan Suriah memberikan pelayanan yang baik pada mereka. Berbeda dengan kehidupan pengungsi Palestina di Libanon yang kehidupannya lebih sulit dan pihak pemerintah Libanon menginginkan para pengungsi Palestina itu dipulangkan ke tempat asal mereka.
Ummi Nadia dan keluarganya, sejak keluar dari Gaza tidak pernah bisa kembali lagi ke tempat kelahirannya itu. Waktu itu, Ummi Nadia hijrah ke Amerika Serikat menemani suaminya yang melanjutkan studi untuk mengambil gelar doktor bidang teknik industri. Saat berada di negeri Paman Sam, Israel meminta pemerintahan AS agar mengekstradisi suaminya, Abu Marzuk hanya karena Abu Marzuk tercatat sebagai salah satu pimpinan Hamas. Hamas adalah musuh besar bagi Israel dan AS, karena Hamas menolak mengakui negara Israel sehingga kelompok ini dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Israel, AS dan negara-negara sekutunya. Atas desakan Israel pula, Abu Marzuk diadili dan dijebloskan ke penjara di New York, AS. Namun Israel akhirnya membatalkan permintaan ekstradisinya, karena khawatir ekstradisi Abu Marzuk akan menghidupkan kembali semangat perlawanan Intifadah di Palestina.
“Israel khawatir jika suami saya dibawa ke Israel, dipenjarakan disana dan berkumpul dengan tokoh Hamas lainnya seperti Syaikh Ahmad Yasin, akan membakar kembali semangat intifadah. Sebagai ganti ekstradisi, Israel melarang kami kembali Palestina,” kata Ummi Nadia.
Setelah Israel membatalkan permintaan ekstradisinya, Abu Marzuk dibebaskan dari penjara di AS dan dideportasi. Ummi Nadia dan keluarganya lalu menetap di Yordania lalu pindah ke Suriah. Ummi Nadia mengungkapkan kesedihannya karena selama bertahun-tahun tidak bisa melihat kampung halamannya lagi di Gaza, Palestina, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Apalagi dalam serangan brutal Israel ke Gaza kemarin, enam anggota keluarga Ummi Nadia gugur syahid dan tiga orang lainnya luka parah.
Al-Quran Sumber Kekuatan
Sebagai istri dari seorang tokoh penting Hamas, Ummi Nadia mengakui bahwa kehidupannya diwarnai ancaman-ancaman terutama yang diarahkan ke suaminya, Abu Marzuk. Namun sosok perempuan berusia 45 tahun itu mengaku tidak pernah merasa takut. Menurutnya, Hamas memiliki pasukan khusus yang menjaga keluarga-keluaga pejuang dan pimpinan-pimpinan mereka. Di atas itu semua, ia mempercayakan perlindungan bagi keluarganya pada Allah swt. “Al-Quran adalah sumber kekuatan kami. Bukan karena al-Quran itu sakti, tapi karena al-Quran memberikan bimbingan pada kami untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang kami hadapi,” ujar Ummi Nadia.
Ketangguhan dan keimanan, kata Ummi Nadia, menjadi modal perjuangan rakyat Palestina sehingga mereka senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Ketangguhan dan keimanan itu sudah ditanamkan sejak masa anak-anak. Ummi Nadia mengungkapkan kisah mengharukan yang disampaikan seorang dokter yang merawat seorang anak yang menjadi korban agresi Israel di Gaza.
“Karena terkena ledakan bom, kedua kaki anak tersebut harus diamputasi. Si anak menangis ketika tahu kedua kakinya akan diamputasi. Dokter yang merawat iba melihat tangis si anak dan bertanya apa yang dia inginkan. Si anak menjawab, ia hanya ingin mendapatkan kakinya kembali agar bisa ikut melawan Israel. Anak itu menginginkan kakinya kembali untuk berjuang melawan Israel, bukan agar bisa bermain lagi seperti anak-anak pada umumnya, ” tutur Ummi Nadia.
Keajaiban-keajaiban juga sering dialami warga Palestina dalam menghadapi kebiadaban rezim Zionis Israel. “Tentara Israel banyak yang lari dari medang perang bahkan menjadi gila. Mereka yang lari dan ketakutan itu mengaku seperti melihat banyak sekali pasukan yang mengepung mereka di perbatasan,” ujar Ummi.
Ia juga mengungkapkan pengalaman seorang bapak bernama Ibnu Farhan, yang anaknya bernama Muhammad melakukan aksi bom syahid dan berhasil menewaskan sejumlah tentara Israel. Ibnu Farhan menceritakan, pemberitaan di Israel tentang aksi bom syahid yang dilakukan anaknya menyebutkan bahwa tentara-tentara Israel seperti melihat banyak orang yang akan melakukan aksi bom syahid, padahal ketika itu yang ada di lokasi kejadian cuma Muhammad seorang.
Mendengar kisah-kisah keajaiban yang dialami rakyat Palestina dalam melawan kebiadaban Israel, membuat hati kita bergetar dan memuji asma Allah swt. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa dan Maha Penolong. Allah swt tidak akan membiarkan umatnya menderita dan dizalimi tanpa mengulurkan pertolongan dengan cara-cara yang kadang sulit diterima akal sehat manusia. Tapi itulah bukti kebesaran Allah yang disaksikan dan dialami sebagian rakyat Palestina. Sehingga meski mereka berulang kali dibantai dan digempur senjata canggih Israel, tidak membuat rakyat Palestina menyerah dan menjual harga dirinya pada penjajah.
Keluarga Pejuang
Sebagai keluarga pejuang, kehidupan yang dijalani Ummi Nadia dan keluarganya tidak berbeda dengan keluarga-keluarga lainnya. Anak-anaknya yang sebagian besar laki-laki memang lebih dekat pada sang ayah, Abu Marzuk. Ummi Nadia tidak menerapkan pola pendidikan yang istimewa. Menurutnya, pola pendidikan yang diterapkan pada anak-anaknya sama seperti yang dilakukan para ibu pada umumnya. Ada kalanya, sebagai orang tuas ia harus bertoleransi, ada kalanya harus bersikap tegas pada anak-anaknya.
Begitu juga dengan Abu Marzuk. Menurut Ummi Nadia, suaminya seperti juga sosok ayah pada umumnya. Meski pejuang, suaminya tidak menampakkan kesan gahar pada anak-anaknya, bahkan senang sekali bercanda dengan anak-anak mereka.
Keluarga Ummi Nadia dan Abu Marzuk adalah keluarga yang berpendidikan karena mereka memang memprioritaskan pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka. Anak pertama pasangan ini, sekarang sedang mengambil spesialis kedokteran THT di Inggris. Muhammad, putera kelima yang menemani Ummi Marzuk saat berada di Indonesia, kini sudah di tingkat akhir jurusan teknik di Universitas Damaskus.
Ditanya bagaimana perasaannya menjadi anak seorang tokoh Hamas, Muhammad hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia ingin melanjutkan perjuangan ayahnya membela dan membebaskan tanah airnya, Palesina dari cengkeraman penjajahan Israel meski mungkin dengan cara yang berbeda.
Ummi Nadia dan keluarganya memahami betul resiko menjadi keluarga pejuang Hamas. Tapi mereka, seperti juga rakyat Palestina lainnya yang berada di belakang Hamas, tidak akan mundur selangkah pun oleh tekanan-tekanan Israel dan sekutu-sekutunya.Ummi Nadia menegaskan bahwa mayoritas rakyat Palestina memilih Hamas bukan tanpa sebab. Sebagian besar rakyat Palestina, kata Ummi Nadia, sudah tidak percaya lagi dengan PLO-organisasi pembebasan Palestina pimpinan Yaser Arafat-yang selama hampir 25 tahun perjuangannya tidak berhasil mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan damai. Hal serupa ditunjukkan oleh penerus PLO dari Faksi Fatah yang sekarang di pimpin Mahmoud Abbas, presiden Palestina yang cenderung tunduk pada kepentingan Israel dan Barat.
“Abbas adalah pemimpin yang lemah. Dia sebenarnya tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tapi dia pemimpin yang lemah,” kritik Ummi Nadia pada Abbas.
Ditanya apa yang membuat rakyat Palestina mendukung Hamas, Ummi Nadia mengatakan karena Hamas mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan rakyat Palestina. Hamas menerapkan prinsip kejujuran, amanah dan rela berkorban dalam garis perjuangannya, serta selalu berada di tengah-tengah rakyat Palestina.
Malam mulai turun ketika kami pulang kembali ke Jakarta. Dari kendaraan yang kami tumpangi, terlihat cahaya bulan dengan bulatan sempurna. Kami bisa merasakan kelelahan Ummi Nadia dengan aktivitas sepanjang hari tadi. Apa yang dilakukan Ummi Nadia adalah bagian perjuangan diplomasi untuk kemerdekaan tanah airnya, Palestina. Ummi Nadia menyatakan sangat terkesan dengan Indonesia dan berterima kasih atas dukungan dan bantuan yang tulus dari masyarakat Indonesia pada rakyat Palestina.
“Thank You for Everthing. Saya terharu dengan kepedulian kalian. Insya Allah kita bertemu lagi. Kami di Damaskus juga membuka pintu untuk kalian,” itulah ucapan yang disampaikan Ummi Nadia ketika kami bersalaman dan saling berpelukan sebelum berpisah, karena malam itu juga Ummi Nadia dan puteranya Muhammad harus kembali pulang ke Suriah

pejuang

Tercium bau wangi di sekitar Makam Amrozi cs… ???

Makam Amrozi cs di Tenggulun Lamongan tak pernah sepi dari kedatangan para pengunjung yang berziarah.
Makam Amrozi cs yang berada di tanah milik keluarga itu setiap hari masih dikunjungi pendukungnya,
Untuk mengatisipasi hal-hal yang tak diinginkan, pihak keluarga memasang pagar di yang mengeliling makamnya dengan tali rafia warna merah.
Tali rafia tersebut dibuat menjadi pagar dengan diikatkan di 4 pohon mangga yang berbeda setinggi satu meter. Di sekitar nisan kedua makam itu telah ditanami pohon kamboja. Tercium bau wangi disekitar pemakaman tersebut.
Selain pagar, di sekitar makam terlihat juga 3 orang penjaga. Para penjaga itu terus mengawasi setiap orang yang lewat dari jarak sekitar 5 meter.
Bahkan warga yang hendak mengambil gambarnya dilarang. Para penjaga itu tak segan meminta mereka yang terlanjur memotret dengan kamera digital maupun ponsel untuk menghapus filenya.

kisah


Secuil kisah heroik pejuang Palestina !



Brigades of Ezzeddin el-Qassam
Brigades of Ezzeddin el-Qassam
Berikut ini adalah transkrip wawancara Iyad Ibrahim Al-Qarra, wartawan koran Iran berbahasa Arab Al-Wifaq dengan para pejuang di front Gaza.
Mencapai lini depan medan perang Gaza bukan sebuah perjalanan piknik. Karena pesawat-pesawat pengintai Rezim Zionis Israel setiap saat berputar-putar di langit Gaza dan setiap makhluk hidup bergerak langsung dihantam peluru dan roket. Dalam perjalanan ini kami bertemu dengan “Abu Khitab”, komandan sebuah regu Brigade Syahid Ezzeddin Qassam, sayap militer Hamas.
Para pejuang kepada kami mengatakan, jangan membahayakan jiwa kalian. Karena untuk sampai ke lini terdepan biayanya sangat mahal. Namun pada akhirnya kami memperoleh persetujuan para komanan militer dan akhirnya sampai juga ke lini depan.
Abu Khitab bertanggung jawab dalam operasi menghadapi langsung pasukan Israel. Jaraknya dengan musuh hanya beberapa meter. Ia tengah berbicara dengan satu unit pengintai yang memberikannya informasi bahwa pasukan musuh terdiri dari tiga jep militer telah keluar dari gerbang kawasan penduduk dan tengah bergerak mendekati kami. Dengan informasi ini, mereka meminta kami agak mundur ke belakang jauh dari kawasan berbahaya.
Di samping Abu Khitab saya menyaksikan satu unit pejuang Palestina mulai melakukan serangan dengan amunisi yang mereka miliki. Pada saat itu kelompok operasi mati syahid mulai bergerak ke arah musuh. Sementara unit-unit pejuang Palestina mulai mengambil posisi untuk menghadapi musuh. Sejumlah ranjau dan perangkap telah disiapkan di jalur kendaraan militer yang dilewati musuh. Ranjau dan perangkap meledak melempar musuh ke udara.
Tembakan peluru dan mortir para pejuang Palestina membuat musuh semakin bingung menyaksikan mereka menjadi bulan-bulanan serangan para pejuang Palestina. Dalam kondisi yang demikian, pesawat musuh tiba membantu mereka keluar dari serangan hebat para pejuang Palestina. Pesawat F-16 menyerang secara brutal sehingga menembak juga kawasan penduduk agar memaksa para pejuang mundur dari posisinya. Pasukan Muqawama dengan sigap menjawab serangan itu dengan memerintahkan seorang dari unit operasi mati syahid melakukan tugasnya. Pesawat-pesawat pengintai berusaha menembak pejuang unit operasi mati syahid, namun tidak berhasil. Setelah serangan udara militer Zionis Israel, kami mendengar sendiri jeritan tentara Israel yang terluka meminta-minta tolong.
Pada waktu itu Abu Khitab berkata, media-media Israel tidak mempublikasikan kondisi menyedihkan yang dialami militernya, namun kalian menyaksikan sendiri dengan mata kepala akan kejadian ini dan juga penduduk mendengarkan tangisan kekanak-kanakan tentara Rezim Zionis Israel. Dengan bercanda Abu Khitab menambahkan, bila terjadi perang lagi kami akan mengirimkan ambulans kepada mereka, tapi ambulans kami adalah operasi mati syahid yang akan mengumpulkan bagian-bagian jasad tentara Zionis Israel.
Sekembali dari lini depan saya meminta pendapat Abu Ahmad, anggota Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam mengenai gencatan senjata. Ia menjawab, buat kami itu bukan permasalahan penting. Yang terpenting adalah aku harus melindungi rakyatku dan membuat hidung musuh terjerembab mencium tanah.
Abu Ahmad menekankan, kami tidak akan membiarkan tank-tank militer Israel memasuki Gaza, sekalipun badan kami harus bercerai berai. Kami yakin semakin mendekati masa-masa kemenangan dan ini berkat Allah dan perjuangan rakyat kami.
Kami kemudian keluar dari kawasan, namun perang terus berlangsung…
*Wartawan Palestina koran Iran al-Wifaq (diterjemahkan oleh Saleh Lapadi)

Kamis, 17 November 2011

kisah

Allah SWT kembali menampakkan kekuasan-Nya (ayaturrahman) melalui sebuah karamah kejadian ajaib. Perkara di luar nalar manusia. Setiap muslim hendaknya mencermati, mengambil pelajaran. Sebagai bekal menguatkan langkah dalam menjalani kehidupan.
syahid1 (Subhanallah) Keajaiban Yang Menakjubkan Di Gaza
Perang di Gaza juga demikian. Banyak ayat-ayat Allah terbukti. Karamah Allah turun untuk menolong orang yang membela agamanya. Itu yang dialami oleh mujahidin Palestina, para syuhada Gaza. berikut data-datanya:
syahid2 (Subhanallah) Keajaiban Yang Menakjubkan Di Gaza
Kita awali dari Dr. Muawiyah Hassanein, Direktur Ambulan Darurat dan Departemen Kesehatan di Gaza menceritakan:
“Syuhada yang meninggal berhari-hari, bahkan berminggu-minggu masih meneteskan darah segar dari tubuhnya. Kami dan semua orang di sini sangat terkejut…”
Subhanallah….
Syahid ‘Iyan berkata: “Saya menyaksikan orang yang gugur syahid tersenyum, meskipun kondisi tubuhnya hancur, darahnya masih segar.”
KaramahQuranGAZA (Subhanallah) Keajaiban Yang Menakjubkan Di Gaza
syahid6 (Subhanallah) Keajaiban Yang Menakjubkan Di Gaza
Beberapa dokter Yordan yang menjadi relawan di Gaza memberi kesaksian:
Dr Hisam Az Zighah memberi kesaksian itu di acara Festival Ikatan Dokter Yordan beberapa hari yang lalu. Kepada wartawan Hisam menunjukkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al-Quran serta buku kumpulan doa-doa, Hishnul Muslim.
Saat itu datang seorang mujahidin yang menderita luka di rumah sakit As Syifa’. Dokter dokter tersebut melakukan pemeriksaan. Dokter itu dikejutkan dengan sepotong proyektil peluru yang ia temukan bersarang di saku pejuang tersebut.
Ada lagi pengakuan Abu Qudamah, salah seorang komandan lapangan Hamas di wilayah Timur Az Zaitun, Kota Gaza:
“Saya dan beberapa mujahidin mengintai tank-tank Israel. Kami berdoa agar Allah menurunkan tentara-Nya dari langit membantu kami. Mendadak turunlah awan tebal menyelimuti wilayah kami. Kami menyelinap di antara puluhan tank-tank itu tanpa diketahui oleh musuh. Anehnya tidak terlacak oleh pesawat-pesawat pengintai yang lalu-lalang di udara. Kami mampu meledakkan tangki tank-tank itu, akibatnya 5 tentara Israel tewas dan puluhan luka-luka.”
Ketika pesawat-pesawat Israel membombardir di salah satu kota Gaza, turunlah hujan lebat di wilayah itu saja. Pesawat-pesawat itu mengalami kendala terbang berjam-jam dan tidak bisa melanjutkan pembombardirannya..
Dua orang dokter berkebangsaan Yordania bertugas di Gaza sedang bercakap dengan sekelompok mujahidin:
“Kami sedang mengawasi gerak-gerik tentara Israel dari lantai dua, mereka ingin masuk ke dalam. Karena salah seorang mujahidin dari kami telah memasang ranjau di pintu masuk, meledakkalah ranjau itu bersamaan tewasnya tentara Israel. Mendengar serangan itu, tentara Israel yang lain mengepung bangunan kami, terjadilah pertempuran sengit sampai jam dua pagi. Jam dua kami ketiduran sampai jam lima pagi. Kami bangun untuk melihat situasi, ternyata tentara Israel telah hengkang.”
syahid8 (Subhanallah) Keajaiban Yang Menakjubkan Di Gaza
Syaikh Abu Bilal di perkemahan Rafah menuturkan:
“Kamu jangan mengira bahwa orang yang gugur di jalan Allah itu mati, mereka bahkan hidup, tapi kamu tidak mengetahui.” Al Baqarah:154. Mereka para syuhada diposisikan setelah derajat orang-orang yang benar imannya dan sebelum orang-orang shaleh di dalam Al Qur’an. Allah swt. berfirman:
“Barangsiapa menta’ati Allah, dan Rasul, mereka bersama orang-orang yang Allah beri nikmat kepada mereka, di antara mereka para nabi-nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Merekalah sebaik-baik teman.” An Nisa’:69-70.
Beliau menambahkan bahwa “Jasad para syuhada masih segar, karena ruh mereka layaknya memakan buah di syurga, ini juga yang menyebabkan semerbaknya bau wangi misk. Darah masih segar, janggut tumbuh. Sebagian syuhada yang dua tahun lamanya, atau berpuluh tahun bahkan beradab-abad tidak rusak jasadnya dan tidak dimakan oleh mikroba dan cacing tanah.”
Wangi semerbak serasa minyak kesturi juga keluar dari jasad prajurit Al Qassam, Muhammad Abu Sya’r. Dia termasuk bagian korban serangan bom pesawat Israel. Bau harum itu tercium oleh orang yang menemukannya. Kabar kesyahidannya tersebar ke pelosok masjid.
Para pemuda masjid berbondong melihatnya. Mereka bertahmid, bertahlil dan bertakbir mengangungkan Asma Allah atas keajaiban para syuhada.
Tenaga medis menceritakan, kami berangkat untuk menolong orang yang luka-luka di sebelah Utara Gaza, ketika itu tentara Israel menembaki sekeliling kaki kami. Kami katakan:
“Kenapa kalian melakukan ini, kami bukan tentara, kami tidak bawa senjata apalagi bom.”
Salah seorang tentara Israel berteriak: “Kalian orang Arab, kalian memakai pakaian putih, kalian malaikat, kalian berperang bersama Hamas.”
Ada juga tentara Israel sedang diwawancarai oleh media Israel, ia mengatakan kehilangan penglihatan karena seorang pemuda, melemparinya dengan segenggam debu. Pemuda itu berbaju putih. Seketika itu buta.
Tentara Israel lainnya menceritakan, bahwa mujahidin memberikan perlawanan memancing mereka dalam banyak pertempuran laksana memancing ayam dan itik.
Pengakuan tentara Israel yang lain, ia melihat tentara Israel terluka dan ditembaki dari arah kanan dan kiri. Bingung, tidak ditemukan dan tidak diketahui dari mana tembakan itu berasal.
Sejumlah wartawan yang meliput perang di Gaza menceritakan, kami bersembunyi dari bombardir. Ketika situasi reda, kami dikejutkan oleh seorang yang keluar dari puing-puing reruntuhan bangunan sembari membawa roket, ia salah satu mujahidin pelontar roket yang menghadang kekuatan penjajah. Ia hadir, menyerang danmenghilang, laksana ditelan bumi.
Demikian, Allah SWT telah menampakkan ayat-ayatnya, melalui para pejuang yang ikhlas dan taat. Allah pasti selalu memberi perindungan kepada hamba-hamba- Nya yang membela agamanya. Janji Allah datang bersama kesabaran. Allah tak akan mengingkari janjinya.

kisah

Mukjizat-mukjizat Allah di Palestina

Tentara Israel diselimuti rasa ketakutan. Mujahid yang syahid memancarkan bau
kasturi
Aneh bin ajaib, meski tiap hari dibunuhi tentara Israel, pejuang-pejuang
Palestina tak pernah habis. Ibarat hilang satu tumbuh seribu, begitu seterusnya.
Mereka juga tak pernah surut semangat juangnya, meski hampir hari dijatuhi bom
dan rudal.
Kota Jenin menjadi saksinya. Kota yang terletak di Tepi Barat itu dibombadir
Israel sebulan lalu. Ratusan rudal yang dilepaskan pesawat-pesawat tempur dan
tank-tank Zionis, menghantam kota yang menjadi penampungan pengungsi rakyat
Palestina itu. Hanya bersenjata AK 47 dan M 16, para pejuang Palestina
memberikan perlawanan sengit.
Ratusan warga sipil dan anak-anak menjadi korban —sesuatu yang sebenarnya
dilarang PBB— akibat serangan brutal itu. Tetapi di pihak Israel bukan tidak ada
yang mati. Tidak kurang dari 24 orang pasukan Israel tewas, dan 130 lainnya
cedera. Itu yang diakui Israel. Tentu jumlah sebenarnya jauh lebih besar. Israel
tidak mau menyebutkan jumlah korban pastinya, karena akan menjatuhkan moral
tempur pasukannya. Buktinya, Panglima Perang Zionis, Shaol Mofaz akhirnya harus
mencopot perwira yang memimpin penyerangan Jenin, karena dianggap gagal.
Rupanya, ada kejadian-kejadian aneh di Palestina, yang menyebabkan perlawanan
mereka tidak pernah mengendor. Keanehan itu, diantaranya dituturkan Abu al
Barraa, salah seorang pimpinan Hamas. “Wahai saudaraku yang aku cintai,”
katanya, “demi Allah sesungguhnya kami telah menyaksikan pasukan Zionis Israel
meninggalkan persenjataan mereka, lari terbirit-birit ketakutan. Banyak dari
mereka yang terbunuh dari peluru para mujahidin yang keluar tanpa ditembakkan.”
Salah seorang tentara Israel yang lari itu, kepada pers mengaku ketakutan.
Mereka menyaksikan postur pasukan yang buas luar biasa bukan dari bangsa
manusia. Beberapa sumber Israel mengungkapkan, rasa takut itu menyelimuti setiap
pasukan saat hendak memasuki Jenin. Salah seorang pasukan cadangan Israel
mengatakan, “Kami melaksanakan tugas ini karena memang wajib, tidak ada yang
senang berperang di sini. Kondisi di sana memang menyeramkan sekali.” Bahkan ia
berharap, dunia internasional menekan pemerintahan Ariel Sharon. “Apakah tekanan
terhadap pemerintahan (Sharon) telah dilakukan, agar menarik mundur pasukannya?
Berapa hari lagi kita harus bertahan di sini?” kata tentara itu ketakutan.
(almujtama’, 13/4/2002)
Apakah keanehan-keanehan itu pertanda Allah telah menurunkan bala tentaranya,
seperti apa yang tercantum pada al-Qur’an Surat At Taubah 26: “Dan Allah
menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana
kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang
yang kafir.”
Yang jelas ketika tentara Israel yang brutal itu dilanda ketakutan, keadaan
sebaliknya justru dialami para mujahidin. Meski melawan musuh yang didukung
Amerika Serikat, semangat tempur para mujahidin tak pernah kendor. Tak lain,
karena mereka berperang di atas lambaran tauhid, ala at tauhid `isynaa wa min
ajli at tauhiid namuut (di atas rel tauhid kami hidup dan untuk tauhid kami
mati).

Jenggot Memanjang
Ada kisah lain yang tidak kalah harunya dengan turunnya para malaikat di kota
Jenin. Ja’far Raihan terperanjat saat membongkar kuburan saudara kandungnya yang
telah 100 hari syahid. Adiknya bernama Muhammad dan Ashim Raihan. Mereka berasal
dari daerah Tel Janub (Bukit Selatan) di wilayah Nablus.
Ja’far terkejut saat menggali kuburan adiknya Muhammad Raihan pada 18/2/2002.
Dia mencium harum semerbak kasturi yang mengalir deras dari liang lahat dan
jasad Muhammad. Wangi kasturi keluar saat diangkatnya papan lantai kuburannya.
Harum wangi seperti ini juga menyentuh ibunya Muhammad Farhat, yang syahid pada
usianya yang masih belia, 17 tahun. Farhat seorang anggota Brigade al Qassam.
Remaja belia ini telah merelakan dirinya menjadi eksekutor istisyahadiyah (bom
syahid). Ia berhasil melewati berbagai pos penjagaan tentara Israel, lalu
meledakkan dirinya. Bom itu kemudian menyambar beberapa tentara Israel, dan
mereka semua tewas.
Begitu Farhat syahid, ibunya mencium bau wangi kasturi yang menyengat di
rumahnya. Si ibu yakin, itu pertanda bahwa anaknya telah berhasil meraih apa
yang telah dicita-citakan setiap mujahid, menggapai syahadah (mati syahid).
Kembali kepada kisah Muhammad. Menurut penuturan Ja’far, ia lebih heran lagi
ketika meraba darah segar yang mengalir dari tubuh Sang Adik. Jasad itu terasa
hangat seakan-akan ia masih hidup. Ja’far serasa ingin membangunkan adiknya dari
tidur indah itu. Disaksikan orang banyak, ia kemudian menghapus keringat dari
kening adiknya. Dan yang paling menakjubkan lagi, kata Ja’far, sebagai keagungan
para syuhada bahwa jenggotnya Muhammad terus memanjang tumbuh. Menyaksikan itu,
keluarga dan yang hadir terus bertakbir, “Allahu Akbar…. Allahu Akbar…
Allahu Akbar…!
Bersyukurlah kepada Allah atas kemuliaan-Nya bagi para syuhada. Mereka hanya
tidur bagai tidurnya seorang pengantin yang tenang. Ini hanya sekelumit kisah
tanda-tanda kebesaran Allah swt yang terjadi di medan Jihad Palestina.
Sesungguhnya mereka, para syuhada itu, hidup dan mendapatkan rezeki dari sisi
Allah. “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan
Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi
kamu tidak menyadarinya.” (Al Baqarah: 154)• (AD Basyori, Bahrul dan Bas)

islam yg terlupakan namun menjadi sebuah emas ditanah mutiara

Islam di Papua, Sejarah yang Terlupakan

Islam masuk lebih awal sebelum agama lainnya di Papua. Namun, banyak upayapengaburan, seolah-olah, Papua adalah pulau Kristen. Bagaimana sejarahnya? Upaya-upaya pengkaburan dan penghapusan sejarah dakwah Islam berlangsung dengancara sistematis di seantero negeri ini. Setelah Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Maluku diklaim sebagai kawasan Kristen, dengan berbagai potensi menariknya, Papua merupakan jualan terlaris saat ini. Papua diklaim milik Kristen! Ironis, karena hal itu mengaburkan fakta dan data sebenarnya di mana Islam telah
hadir berperan nyata jauh sebelum kedatangan mereka (agama Kristen Missionaris).
Berikut catatan Ali Atwa, wartawan Majalah Suara Hidayatullah dan juga penulis buku “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” tentang Islam di Bumi Cenderawasih bagian pertama. : Menurut HJ. de Graaf, seorang ahli sejarah asal Belanda, Islam hadir di Asia Tenggara melalui tiga cara: pertama, melalui dakwah oleh para pedagang Muslim dalam alur perdagangan yang damai; kedua, melalui dakwah para dai dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan ketiga, melalui kekuasan atau peperangan dengan negara-negara penyembah berhala.
Dari catatan-catatan yang ada menunjukkan bahwa kedatangan Islam di tanah Papua, sesungguhnya sudah sangat lama. Islam datang ke sana melalui jalur-jalur perdagangan sebagaimana di kawasan lain di nusantara.
Sayangnya hingga saat ini belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi. Sejumlah seminar yang pernah digelar seperti di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang dilangsungkan di ibukota Provinsi Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun 1997, belum menemukan kesepakatan itu. Namun yang pasti, jauh sebelum para misionaris menginjakkan kakinya di kawasan ini, berdasarkan data otentik yang diketemukan saat ini menunjukkan bahwa muballigh-muballigh Islam telah lebih dahulu berada di sana.
Aktivitas dakwah Islam di Papua merupakan bagian dari rangkaian panjang syiar Islam di Nusantara. Menurut kesimpulan yang ditarik di dalam sebuah seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia, Medan 1963, Islam masuk ke Indonesia sudah sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Di mana daerah pertama yang didatangi oleh Islam adalah pesisir Utara Sumatera, dan setelah berkembangnya para pemeluk Islam, maka kerajaan Islam yang pertama di Indonesia ialah Kerajaaan Perlak, tahun 840, di Aceh.
Perkembangan agama Islam bertambah pesat pada masa Kerajaan Samudera Pasai, sehingga menjadi pusat kajian Agama Islam di Asia Tenggara. Saat itu dalam pengembangan pendidikan Islam mendapatkan dukungan dari pimpinan kerajaan, sultan, uleebalang, panglima sagi dan lain-lain. Setelah kerajaan Perlak, berturut-turut muncul Kerajaan Islam Samudera Pasai (1042), Kerajaan Islam Aceh (1025), Kerajaan Islam Benua Tamiah (1184), Kerajaan Islam Darussalam (1511).
Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa sebelum tahun 1416 Islam sudah masuk di Pulau Jawa. Penyiaran Islam pertama di tanah jawa dilakukan oleh Wali Songo (Wali Sembilan). Yang terkenal sebagai orang yang mula-mula memasukkan Islam ke Jawa ialah Maulana Malik Ibrahim yang meninggal tahun 1419. Ketika Portugis mendaratkan kakinya di pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1526, Islam sudah berpengaruh di sini yang dipimpin oleh Falatehan. Putera Falatehan, Hasanuddin, pada tahun 1552 oleh ayahnya diserahi memimpin Banten.
Di bawah pemerintahannya agama Islam terus berkembang. Dari Banten menjalar ke Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Juga di pulau Madura agama Islam berkembang.
Sejak Kerajaan Majapahit
Seorang Guru Besar Bidang Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Dr. Moehammad Habib Mustofo, yang sekaligus Ketua Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia (AAEI) Jawa Timur menjelaskan bahwa dakwah Islam sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Apalagi dengan diketemukanya data artefak yang waktunya terentang antara 1368-1611M yang membuktikan adanya komunitas Muslim di sekitar Pusat Keraton Majapahit, di Troloyo, yakni sebuah daerah bagian selatan Pusat Keraton Majapahit yang waktu itu terdapat di Trowulan.
Kajian leh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan telah terjadi saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha-Islam) pada awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Data-data tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum keruntuhan total kerajaan Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan Majapahit berada di puncak kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-jalur perdagangan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala (meliputi seluruh nusantara) hingga Malaysia, Brunei Darussalam, dan di seluruh kepulauan Papua.
Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara. Pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar.
Sezaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalan perdagangan Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya
di tempat-tempat baru.
Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab Negarakertagama, sebagai wilayah yurisdiksinya.
Keterangan mengenai hal itu antara disebutkan sebagai berikut:
“Muwah tang i Gurun sanusanusa mangaram ri Lombok Mirah lawan tikang i Saksakadi nikalun kahaiyan kabeh nuwati tanah i bantayan pramuka Bantayan len luwuk tekenUdamakatrayadhi nikang sanusapupul”.
“Ikang sakasanusasanusa Makasar Butun Banggawai Kuni Ggaliyao mwang i [ng] Salaya Sumba Solot Muar muwah tigang i Wandan Ambwan Athawa maloko Ewanin ri Sran ini Timur ning angeka nusatutur”. Dari keterangan yang diperoleh dalam kitab klasik itu, menurut sejumlah ahli bahasa yang dimaksud “Ewanin” adalah nama lain untuk daerah ” Onin” dan “Sran” adalah nama lain untuk “Kowiai”. Semua tempat itu berada di Kaimana, Fak-Fak. Dari data tersebut menjelaskan bahwa pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk wilayah kekuasaan Majapahit.
Menurut Thomas W. Arnold : “The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit runtuh, dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berukutnya adalah Demak Islam. Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak.
Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku.
Catatan serupa tertuang dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Periplus Edition, di buku “Irian Jaya”, hal 20 sebuah wadah sosial milik misionaris menyebutkan tentang daerah yang terpengaruh Islam. Dalam kitab Negarakertagama, di abad ke 14 di sana ditulis tentang kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur, di mana di sana disebutkan dua wilayah di Irian yakni Onin dan Seran. Bahkan lebih lanjut dijelaskan: Namun demikian armada-armada perdagangan yang berdatangan dari Maluku dan barangkali dari pulau Jawa di sebelah barat kawasan ini, telah memiliki pengaruh jauh sebelumnya.
Pengaruh ras austronesia dapat dilihat dari kepemimpinan raja di antara keempat suku, yang boleh jadi diadaptasi dari Kesultanan Ternate, Tidore dan Jailolo. Dengan politik kontrol yang ketat di bidang perdagangan pengaruh kekuasaan Kesultanan Ternate di temukan di raja Ampat, di Sorong dan di seputar Fakfak dan diwilayah Kaimana. Sumber cerita rakyat mengisahkan bahwa daerah Biak Numfor telah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Tidore sejak abad ke-XV. Sejumlah tokoh lokal, bahkan diangkat oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. Mereka diberi berbagai macam gelar, yang merupakan jabatan suatu daerah. Sejumlah nama jabatan itu
sekarang ini dapat ditemui dalam bentuk marga/fam penduduk Biak Numfor.
Kedatangan Orang Islam Pertama
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa, masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan daerah lain di Indonesia. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit, masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni kerajaan Bacan.
Bahkan keberadaan Islam Bacan di Maluku sejak tahun 1520 M dan telah menguasai beberapa daerah di Papua pada abad XVI telah tercatat dalam sejarah. Sejumlah daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati pada abad XVI telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam. Melalui pengaruh Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka masyarakat di pulau-pulau tadi memeluk agama Islam, khususnya yang di wilayah pesisir. Sementara yang dipedalaman masih tetap menganut faham animisme.
Thomas Arnold yang seorang orientalis berkebangsaan Inggris memberi catatan kaki dalam kaitannya dengan wilayah Islam tersebut: “…beberapa suku Papua di pulau Gebi antara Waigyu dan Halmahera telah diislamkan oleh kaum pendatang dari Maluku” Tentang masuk dan berkembangnya syi’ar Islam di daerah Papua, lebih lanjut Arnold menjelaskan: “Di Irian sendiri, hanya sedikit penduduk yang memeluk Islam. Agama ini pertama kali dibawa masuk ke pesisir barat [mungkin semenanjung Onin] oleh para pedagang Muslim yang berusaha sambil berdakwah di kalangan penduduk, dan itu terjadi sejak tahun 1606. Tetapi nampaknya kemajuannya berjalan sangat lambat selama
berabad-abad kemudian…”
Bila ditinjau dari laporan Arnold tersebut, maka berarti masuknya Islam ke daerah Papua terjadi pada awal abad ke XVII, atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun 1855, yaitu ketika dua orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler mendarat dan kemudian menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana.
Dalam buku “Nieuw Guinea” W.C. Klein menceritakan sebagai berikut : “de Heer Pieterz maakte on 1664 eenwreks naar Onin. Indie raiswaren ook een aantal mensen uitSoematera, Waarin de Heer Abdul Ghafur betrokken is” (Tuan Pieterz pada tahun 1664 melakukan perjalanan ke Onin di mana ikut serta beberapa orang dari Sumatera, termasuk Abdul Ghafur).
Bahkan bila ditelusuri dari catatan pewaris kesultanan Islam di kawasan ini, dapat diketahui bahwa kedatangan Agama Islam sebenarnya lebih tua lagi.

kisah..

Kisah Jihad Palestina : Mukjizat Allah di Palestina


Tentara Israel diselimuti rasa ketakutan. Mujahid yang syahid memancarkan bau kesturi. Aneh bin ajaib, meski tiap hari dibunuhi tentara Israel, pejuang-pejuang Palestina tak pernah habis. Ibarat hilang satu tumbuh seribu, begitu seterusnya. Mereka juga tak pernah surut semangat juangnya, meski hampir setiap hari dijatuhi bom dan rudal.
Kota Jenin menjadi saksinya. Kota yang terletak di Tepi Barat itu dibombardir Israel sebulan yang lalu. Ratusan rudal yang dilepaskanpesawat-pesawat tempur dan tank-tank Zionis, menghantam kota yang menjadi penampungan pengungsi rakyat Palestina itu.
Hanya bersenjata AK47 dan M-16, para pejuang Palestina memberikan perlawanan sengit. Ratusan warga sipil dan anak-anak menjadi korban —sesuatu yang sebenarnya dilarang PBB— akibat serangan brutal itu. Tetapi di pihak Israel bukan tidak ada yang mati. Tidak kurang dari 24 orang pasukan Israel tewas, dan 130 lainnya cedera. Itu yang diakui Israel. Tentu jumlah sebenarnya jauh lebih besar. Israel tidak mau menyebutkan jumlah korban pastinya, karena akan menjatuhkan moral tempur pasukannya. Buktinya, Panglima Perang Zionis, Shaol Mofaz akhirnya harus mencopot perwira yang memimpin penyerangan Jenin, karena dianggap gagal.
Rupanya, ada kejadian-kejadian aneh di Palestina, yang menyebabkan perlawanan mereka tidak pernah mengendor. Keanehan itu, diantaranya dituturkan Abu al Barraa, salah seorang pimpinan Hamas. “Wahai saudaraku yang aku cintai,” katanya, “demi Allah sesungguhnya kami telah menyaksikan pasukan Zionis Israel meninggalkan persenjataan mereka, lari terbirit-birit ketakutan. Banyak dari mereka yang terbunuh dari peluru para mujahidin yang keluar tanpa ditembakkan.” Salah seorang tentara Israel yang lari itu, kepada pers mengaku ketakutan. Mereka menyaksikan postur pasukan yang buas luar biasa bukan dari bangsa manusia. Beberapa sumber Israel mengungkapkan, rasa takut itu menyelimuti setiap pasukan saat hendak memasuki Jenin. Salah seorang pasukan cadangan Israel mengatakan, “Kami melaksanakan tugas ini karena memang wajib, tidak ada yang senang berperang di sini. Kondisi di sana memang menyeramkan sekali.” Bahkan ia berharap, dunia internasional menekan pemerintahan Ariel Sharon. “Apakah tekanan terhadap pemerintahan (Sharon) telah dilakukan, agar menarik mundur pasukannya? Berapa hari lagi kita harus bertahan di sini?” kata tentara itu ketakutan. (almujtama’, 13/4/2002)
Apakah keanehan-keanehan itu pertanda Allah telah menurunkan bala tentaranya, seperti apa yang tercantum pada al-Qur’an Surat At Taubah 26:”Dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” Yang jelas ketika tentara Israel yang brutal itu dilanda ketakutan, keadaan sebaliknya justru dialami para mujahidin. Meski melawan musuh yang didukung Amerika Serikat, semangat tempur para mujahidin tak pernah kendor. Tak lain, karena mereka berperang di atas lembaran tauhid, ala at tauhid `isynaa wa min ajli at tauhiid namuut (di atas rel tauhid kami hidup dan untuk tauhid kami mati).

cobalah berpikir realistis

Mengintip Udang di Balik Batu Obama di Bali
Headline

INILAH.COM, Jakarta - Presiden AS Barack Obama dijadwalkan tiba di Bali, Kamis (17/11) untuk mengikuti KTT Asean. Adakah agenda tersembunyi orang nomor satu di AS pada kedatangannya ke Indonesia kali ini?
Berbagai kalangan menduga, Obama berniat menggoalkan Exxon Mobile sebagai operator pertambangan migas di Blok Natuna Timur. Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (Ires) Marwan Batubara memprediksikan hal itu lantaran melihat berbagai indikasi. Di antaranya adalah adanya iklan Exxon Mobile dan kedatangan Presiden AS ke Indonesia.
“Dalam satu atau dua bulan terakhir ini, iklan Exxon Mobile, hampir setiap hari di televisi bisa kita lihat. Ini sama dengan waktu dulu ketika akan ada penyerahan Blok Cepu kepada Exxon Mobile, di media massa, di koran, Exxon pasang iklan,” ujarnya dalam acara Temu Tokoh Nasional Tolak Obama Presiden Negara Penjajah!, di Jakarta, pekan lalu.
Menurut Marwan, Exxon beriklan dengan tujuan agar publik dapat menerima bila pemerintah Indonesia memutuskan sumber migas itu dikelola perusahaan tersebut. Kedatangan Obama ini mengingatkan pada kunjungan Sekretaris Negara Amerika saat itu Condolizza Rice ke Indonesia yang meminta Blok Cepu, dengan bagi hasil yang tentunya menguntungkan AS.
Dan benar, tidak lama kemudian, Blok Cepu diserahkan kepada Exxon Mobile. Padahal Direktur Pertamina saat itu menyatakan mampu mengelola Blok Cepu. Pola yang sama pun terjadi saat ini. Di samping Exxon beriklan secara massif, Presiden Amerika itu pun akan datang dengan dalih menghadiri KTT ASEAN +.
Marwan pun mengingatkan, dalam beberapa minggu ke depan akan ada keputusan pemerintah tentang siapa dan berapa persen nanti masing-masing sahamnya yang akan mengelola blok Natuna Timur (dulu Natuna D Alfa).
Calon kontraktornya saat ini ada empat. Yakni Pertamina, Exxon Mobile, Petronas (Malaysia), dan Total (Prancis). “Kita, aktivis ya, sudah menyuarakan bahwa tidak ada alasan apapun yang bisa kita terima untuk tidak menunjuk Pertamina sebagai operator,” katanya.
Tapi ada kemungkinan Exxon yang akan ditunjuk sebagai operator. “Nah, ini bisa saja menjadi salah satu agenda Obama di samping hal-hal lain,” ujar mantan anggota DPD RI itu.
Presiden Obama dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Nusa Dua, Bali, yang digelar mulai Kamis (17/11) ini. Tahun ini pula, untuk pertama kalinya, Presiden Amerika Serikat akan menjadi satu di antara 18 pemimpin negara yang duduk dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS). Amerika bersama Rusia menjadi anggota baru EAS.
Kehadiran Amerika Serikat dan Rusia dalam EAS semula dipandang tak memberi nilai positif bagi ASEAN. Sebab, kedua negara adidaya itu ditakutkan akan menyetir agenda-agenda ASEAN agar selaras dengan agenda mereka. Namun sepuluh negara anggota ASEAN menepis kekhawatiran itu dengan memberi persetujuan penuh pada 2010.
Di luar isu energi, Lembaga pegiat hak asasi manusia Human Rights Watch kemarin mendesak Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk membahas isu-isu kekerasan terhadap kelompok minoritas keagamaan dengan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Kelompok yang berbasis di New York, Amerika Serikat, itu mendesak Obama menekan Yudhoyono untuk memberangus undang-undang yang bersifat diskriminatif.
"Obama mesti jujur soal masalah pelanggaran hak asasi manusia yang serius di Indonesia," kata Deputi Direktur Human Rights Watch Asia Elaine Pearson. "Ketidakpedulian pemerintah Indonesia atas aksi kekerasan terhadap kelompok agama, dan tindakan brutal aparat keamanan terhadap aksi unjuk rasa damai, merupakan hal yang tepat untuk memulai pembicaraan." ungkap Pearson dari Human Rights Watch. [berbagai sumber]

Rabu, 31 Agustus 2011

kisah pilu anak palestina

Tidak ada tempat untuk bersembunyi lagi, bahkan di dalam bangunan. Sekolah PBB pun dihancurkan. Lebih dari 215 anak terbunuh sejauh ini sejak serangan militer Israel diluncurkan 27 Desember lalu. Namun bagi hampir semua anak, itu bukan bagian terparah dari mimpi buruk mereka.
Kehilangan ayak, ibu, saudara, saudari, paman, bibi, teman, ataupun tetangga, hampir setiap anak di wilayah yang dibombardir itu trauma berat. Trauma itu bisa dipastikan menjadi luka fisik dan mental yang akan bebekas lama.
Berikut adalah beberapa wancara dengan anak-anak Gaza.
Huda, 7 tahun
Aku benci perang ini. Aku dengar Israel akan datang ke rumah kami sesaat lagi, dan aku selalu bermimpi buruk tentang roket menghantam rumaku. Aku mimpi tentang ayahku yang terbunuh oleh salah satu roket dan leher ibuku yang terputus.
Dalam mimpi itu pula, aku mencari saudara lelakiku yang dibawa jauh oleh tank-tank Israel. Aku sedih, dan ingin bermain lagi di rumahku. Aku berharap tidak ada hal buruk terjadi.
Abed, 3 tahun
Aku tak suka kegelapan, yakni ketika suara hal-hal buruk mulai keluar meraung.
Ahmed Elwan, 6 tahun
Kami takut. Aku melihat banyak anak-anak terbunuh. Beberapa roket meluncur dekat rumah kami. Adik perempuanku menangis keras begitu pula ibuku. Ayahku saat itu sedang berada di rumah nenek. Aku tak ingin takut, aku ingin menjadi lelaki kuat untuk ibuku dan adikku.
Nasim Udawn, 14 tahun.
Aku sudah terbiasa dengan suara bom, tapi kali ini mereka lebih,dan lebih keras. Aku tinggal di kemah pengungsi Al Shati di Gaza, dimana beberapa rumah sekitar sudah hancur. Banyak orang terbunuh. Rumah kami dihantam oleh peluru besar.
Masalahku sekarang ialah adik lelakiku Nader, yang mulai menderita kencing tak dapat ditahan. Ia kini langsung menangis keras ketika mendengar suara misil.
Zeyda Nima, 12 tahun
Saya tidak takut dengan bom ataupun roket, tentu tidak, tapi saudara saya takut. Saya tidak peduli dengan suara-suara itu, namun saudara perempuan saya dibawa ke rumah sakit karena tidak dapat mendengar akibat suara-suara pesawat dan bom.
Yehia, 5 tahun
Anak lelaki itu begitu trauma hingga tak bisa bicara. Ibunya Zinat mengatakan sejak awal serangan Israel, ia langsung menderita kencing tak bisa ditahan akibat takut terhadap bom. Sang ibu menuturkan pula, anaknya pun menderita setiap malam akibat mimpi buruk.
Muhammad Jmasi, 6 Saya takut dengan suara bom ketika mulai mendekat rumah saya. Saya berlari ke ayah dan ia selalu mencoba menenangkan. Namun ketika ayah tidak ada lagi di sekitar kami, saya dan saudara lelakiku kini menjadi sangat ketakutan. Saya ingin bermain lagi dengan teman-teman saya di jalan, dan saya ingin bola baru untuk bermain sepak bola.

fathi...kisah anak palestina

Aku Anak Palestina
Assalamu’alaikum,
Namaku Fathi, dan aku adalah anak palestina. Aku berumur 20 tahun. Sepanjang itu jugalah aku membesar di tanah berdarah ini, dan menjadi saksi kepada segala apa yang berlaku. Peperangan, pembunuhan, kematian, pengeboman, dan pelbagai lagi perkara seakan sudah menjadi panorama biasa untukku. Kamu tahu, hatta dentuman bom dan muntahan peluru seakan-akan menjadi dodoian tidur untukku. Tetapi jangan kata aku bahagia, hakikatnya hatiku sering tercalar dengannya.
Aku membesar tanpa keluarga. Ayah dan ibuku telah terkorban apabila Israel merampas rumah kami. Masih jelas pada tubir mataku, bagaimana ayahku ditembak dengan kejam, dan ibuku dirogol tanpa belas kasihan, bahkan, mereka dengan buas telah mengoyakkan perut ibuku yang ketika itu sedang mengandung, mengeluarkan adikku yang ada di dalam rahim, lalu menembak adikku yang tak berdosa itu berkali-kali. Mujur sahaja pejuang Hamas tiba ketika itu, jika tidak, pasti aku tidak akan ada di sini, bercerita kepada kamu.
Aku masih ingat lagi yang ketika itu aku berumur 6 tahun. Pejuang Hamas yang menyelamatkan aku bernama Yahya. Sesuai dengan namanya, ALLAH telah mengizinkannya memberikan kehidupan baru kepadaku. Dia telah menjagaku, dan membesarkanku serta memberikan pendidikan kepadaku. Aku memanggilnya ‘bapa’. Bagi aku yang melihat sendiri bagaimana Israel menamatkan riwayat seluruh ahli keluargaku, kasih sayang bapa membuatkan aku amat mengasihinya. Dia seakan-akan memberikanku cahaya.
Namun bahagia tidak panjang. Kehangatan kasih sayang bapa terhenti apabila Israel melanggar gencatan senjata yang entah buat kali ke berapa. Bapa telah mati dalam satu pertempuran apabila Israel cuba menceroboh. Ketika itu aku sudah sedikit besar, umurku sudah 20 tahun. Memandangkan pada waktu itu juga madrasah tempat aku menuntut ilmu telah dirobohkan oleh Israel, maka aku mengangkat senjata dan berjuang bersama-sama pasukan Izzuddin Al-Qassam, yang merupakan sayap kanan Hamas.
Perjuangan semakin sukar, kerana Israel telah berjaya membuatkan seluruh negara ISLAM yang lain berdiam diri dengan keadaan kami. Belasan tahun berlalu, peperangan terus berlaku, dan darah terus tertumpah. Nyawa saban hari melayang. Suasana sudah ada perubahan. Dari teruk menjadi semakin teruk.
Hari ini, sekali lagi Israel laknatullah telah melanggar perjanjian gencatan senjata. Malah, mereka telah berjanji untuk menyapu bersih segala penentang dalam serangan kali ini. Gaza telah menjadi tumpuan serangan.
Israel tidak lagi menghiraukan pandangan dunia. Mereka sebenarnya langsung tidak takut dengan sebarang ancaman atau teguran yang dikeluarkan oleh negara-negara lain. Hal ini kerana, mereka tahu bahawa negara-negara lain tidak mampu berbuat apa-apa melainkan bersuara sahaja. Amerika telah menjadi boneka Israel, dengan mempertahankannya. Malah Amerika sendiri telah menghantar bantuan ketenteraan untuk Israel.
Serangan kali ini adalah serangan yang terdasyat. Israel telah menghantar 200 jet pejuang ke ruang udara Gaza, dan melepaskan bom serta torpedo secara rambang ke arah bandar. Angka kematian mencecah 3000 orang. Yang terkorban dalam serangan buas ini bukan sahaja para pejuang, malah termasuk sekali anak-anak kecil, perempuan dan orang-orang tua yang tak berdaya. Bangunan-bangunan banyak yang hancur dan roboh.
Gaza telah menjadi sungai darah. Suasana yang memang sedih, menjadi tambah menyayat hati. Mayat bergelimpangan di sana-sini. Mayat-mayat hancur juga banyak yang bersepah di atas jalan. Ada juga yang tertepek pada dinding-dinding bangunan. Kemusnahan kali ini memang di luar akal. Inilah yang terdasyat pernah terjadi.
Dalam kemusnahan dasyat disebabkan tangan Israel laknatullah ini, kami mendapat berita bahawa ada kerajaan dunia menegur tindakan zalim Israel. Namun, teguran itu membuatkan telingaku tambah berasap. Kamu tahu apa tegurannya?
“ Harap Israel boleh cuba mengelakkan serangan mereka dari rakyat biasa”
Pada aku yang berada di tengah-tengah Gaza ini, itu adalah teguran terbodoh. Mana mungkin hendak mengelak dari rakyat biasa? Adakah mereka mempunyai peluru berpandu yang boleh mengesan sama ada manusia itu askar atau tidak? Tahukah mereka bahawa Gaza ini penuh dengan rakyat yang tak berdosa? Malah torpedo dan bom yang dilepaskan oleh Israel mempunyai lilitan letupan yang besar. Mustahil tidak mencederakan rakyat biasa. Lihatlah apa yang terjadi di sini, kalau Israel boleh mengelak rakyat biasa, pasti tidak akan ada mayat-mayat anak kecil, perempuan lemah dan orang tua di sana-sini.
Kini, jet pejuang Israel telah mengosongkan ruang udara Palestin. Adakah mereka hendak berhenti? Tidak. Mengikut maklumat yang telah kami terima, mereka sudah bersedia di luar Gaza dengan 100 buah kereta kebal. Mereka hendak melunaskan kerja-kerja yang tidak mampu dilakukan oleh jet pejuang.
Aku di balik dinding ini, bersama-sama beberapa orang sahabatku, sedang menanti kehadiran mereka dengan hanya berbekalkan AK-47, senjata yang boleh dikatakan kuno jika hendak dibandingkan dengan senjata Israel. Hamas telah menetapkan untuk bertempur hingga ke hujung nyawa. Maka beberapa kumpulan telah diarahkan untuk mensabotaj kereta kebal-kereta kebal yang memasuki Gaza. Kalau boleh, kami diarahkan untuk merampas kereta kebal.
Sebahagian anak-anak kecil sudah mengutip batu-batu. Aku terasa seperti hendak menangis. Kasihan. Teringat ketika aku berusia 6 tahun dahulu. Saat ayah dan ibuku mati dalam keadaan yang azab. Mereka juga sepertiku. Cuma bezanya, mereka mungkin tidak sempat membesar. Ini mungkin peperangan terakhir bagi kami. Dengan bilangan kami yang tinggal hanya sekitar 100 orang, agak mustahil untuk menang.
Aku bukan tidak yakin atas bantuan ALLAH. ALLAH ada berfirman,
“ Berapa banyak sudah pasukan yang kecil menewaskan pasukan yang besar dengan izin ALLAH,”
Tetapi aku rasa, apa yang berlaku pada saat ini adalah teguran ALLAH kepada ummat ISLAM seluruhnya. Yang aku tahu, ummat ISLAM pada hari ini sering bertelagah. Malah ramai dari kalangan mereka yang tidak ambil kisah dengan saudara mereka. Mereka hidup dalam suasana ananiah yang menebal. Hati mereka telah menjadi keras seperti batu untuk merasakan penderitaan saduara-saudara mereka. Kalau di sini, mudah untuk dilihat bagaimana Fatah mengkhianati Hamas dalam kesatuan mereka untuk menjaga Palestin. Tidak sangka bahawa mereka itu pengecut yang tidak berguna. Menikam kami dari belakang, bahkan tidak menghiraukan langsung keadaan rakyat. Yang mereka tahu hanyalah kuasa. Mereka itu adalah boneka Israel.
Aku juga mendengar bahawa,negara-negara ISLAM di luar sana sudah tidak mengamalkan ISLA di negara masing-masing. Pemimpin-pemimpin mereka leka dengan kesenangan yang ada. Semuanya tunduk dan sujud menyembah Amerika dan segala kuncu-kuncunya.
Aku tahu, ini bukan salah mereka. Mereka sebenarnya telah disuntik dengan jarum beracun pada akhir era Khilafah Uthmaniyyah lagi. Ummat ISLAM melemah, melemah, dan terus melemah sehinggalah jika ada saudara mereka yang dibunuh, dicincang, diinjak, terkorban, hati mereka langsung tidak merasa. Namun semangat juang para muslimin masih meninggi. Apabila Israel memasuki Palestin pada tahun 1948, masih ada sebahagian muslimin yang merentasi sempadan dan membantu orang-orang di sini.
Malah, aku masih ingat lagi orang-orang tua bercerita mengenai perang antara Negara-negara Arab dan Israel. Orang-orang tua berkata, andai ketika itu tiada perjanjian damai, maka penderitaan hari ini tidak akan terjadi. Namun apa yang berlaku ketika itu adalah, para mujahidin yang ikhlas telah ditangkap oleh negara-negara arab sendiri, dan mereka telah menandatangani satu perjanjian dengan Israel. Semenjak hari itu, apa sahaja yang dilakukan oleh Israel di sini, hanya akan ditegur dengan suara sahaja oleh negara-negara arab di sekeliling Palestin, dan negara-negara ISLAM di seluruh dunia.
Apa yang berlaku kepada kami di sini tidak lebih dari teguran ALLAH kepada ummat ISLAM. ALLAH hendak menunjukkan betapa lemahnya ummat yang pada satu masa dahulu pernah menguasai 2/3 dunia. ALLAH hendak menunjukkan, betapa ummat ini telah meninggalkan ajaranNya dan melupakan deenNya.
Aku pernah mendengar peristiwa tsunami yang melanggar tenggara asia pada lima tahun lepas. Sehingga ada yang menyatakan bahawa itu kiamat kecil. Ketika itu, ramai yang menyatakan bahawa ALLAH telah marah, lalu menegur manusia dengan bala bencana. Aku hanya mampu tersengih. Kamu tahu, di sini kiamat kecil berlaku hari-hari. Tempat ini saban hari bergegar dengan dentuman bom dan bingit dengan muntahan peluru. Tetapi tiada manusia pun yang menyatakan bahawa apa yang terjadi pada kami ini adalah teguran ALLAH kepada mereka. Mungkin manusia tidak tahu yang ALLAH ada berfirman,
“ Telah nampak kerosakan di darat dan di lautan disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia. ALLAH mengkehendaki agar mereka merasakan sebahagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Oleh kerana ketidak pedulian orang-orang ISLAM di luar sana, kami pasukan HAMAS telah berusaha bersungguh-sungguh untuk mempertahankan bumi suci ini. Kami menentang segala keganasan yang berlaku di sini dengan tulang empat kerat kami, dengan segala kudrat kami. Tetapi yang aku amat terasa hati adalah apabila, tindakan kami untuk mempertahankan tanah kami dikatakan sebagai satu tindakan keganasan.
Aku hairan dan pelik dengan orang-orang ISLAM di luar sana. Kamu tidak punya akalkah? Kenapa kami digelar sebagai pengganas? Sedangkan rumah-rumah kami dirobohkan, sedangkan isteri-isteri kami dirogol dan dibunuh tanpa belas kasihan, sedangkan anak-anak kami ditembak, sedangkan ayah dan ibu kami terkorban, semuanya dek kerana penjajahan Israel atas tanah kami.
Aku hairan, setahu aku, semua negara ISLAM dahulu menentang penjajahan di bumi mereka. Mereka menyah penjajah dan membenci penjajah. Tetapi apabila tanah kami dijajah, mereka menyelar kami sebagai pengganas, mereka menyatakan kami tidak reti bertolak ansur. Aku hairan. Kenapa kamu bersikap begitu? Tahukah kamu bahawa Rasulullah SAW ada bersabda,
“ Barangsiapa yang berpagi-pagi tanpa mengambil kisah urusan kaum muslimin, maka dia bukan dari kalangan mereka”
Kemudian kamu menyatakan bahawa jihad itu adalah jalan keganasan. Kamu pesongkan jihad kepada jihad-jihad yang kamu ada-adakan. Jihad masyarakat la, jihad menentang pencemaran la, jihad menentang kemiskinan la dan pelbagai lagi jihad yang kamu reka, yang tidak utama, berbanding jihad kami yang sedang mempertahankan deen ISLAM ini. Sedangkan ALLAH telah mengizinkan kami untuk memerangi mereka yang menzalimi kami,
“ Telah diizinkan untuk kamu memerangi mereka yang menzalimi kamu...”
Kamu tahu, hal Palestin, bukanlah hal kecil. Ini juga bukanlah hal pembebasan sebuah tanah. Hal Palestin adalah hal deen ISLAM itu sendiri. Yahudi bukan hendak merampas tanah semata-mata, bahkan mereka hendak melenyapkan ISLAM dari muka bumi kita. Mempertahankan Palestin hari ini, adalah mempertahankan ISLAM itu sendiri. Kami sanggup berkorban, kerana kami sedang mempertahankan ISLAM. Kami bukan nasionalis, kami adalah HAMBA ALLAH. ALLAH hanya redha pada ISLAM, bukan pada negara-negara yang kita duduki. ALLAH telah berfirman,
“ Hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu deen kamu(ISLAM), dan aku sempurnakan untu kamu nikmatKu(ISLAM), dan aku redha ISLAM itu menjadi deen kamu”
Kamu tahu yang Masjidil Aqsa itu adalah tempat suci ummat ISLAM. Ia sama sahaja seperti Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Tetapi kenapa dua masjid itu kamu tatang seperti minyak yang penuh, sedangkan masjid suci di Palestin ini kamu biarkan? Bukankah masjid ini tempat Rasulullah diangkat ke langit untuk mikraj? Adakah kamu tidak berasa apa-apa apabila tembok tempat Rasulullah SAW menambat buraq dijadikan tembok ratapan oleh kaum yahudi? Adakah kalian lupa firman ALLAH?
“ Maha Suci kepada yang mengisra’kan hambaNya pada waktu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsa yang diberkati sekelilingnya dan ditumpahkan cahaya kepadanya dari ayat-ayat KAMI”
Hati kalian telah dibius sebenarnya. Kalian hanya mampu bersuara tetapi tidak mampu bergerak. Tidak cukup dengan itu, kalian menggelar kami yang berjuang ini sebagai pengganas. Kamu tahukah apa makna semua ini? Ini menunjukkan ISLAM itu telah pudar dari penghayatan kalian. Kalian tidak bergerak membantu kami adalah tanda lemahnya hubungan kalian dengan ALLAH. Kalian lebih takut segala halangan yang direka oleh musuh-musuh ALLAH dari ALLAH itu sendiri. Adakah kalian lupa sabda Rasulullah SAW?
“ Muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, jangan kamu menzaliminya, mengkhianatinya atau menyerahkannya kepada mereka yang hendak menzaliminya”
Bukankah ALLAH juga ada berfirman,
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati ALLAH dan RasulNya, dan janganlah sesekali kalian mengkhianati amanah kalian sedankan kalian mengetahuinya”
Tapi pakah pengkhianatan yang berlaku hari ini? Apakah yang kalian hendak katakan kepada ALLAH pada hari kelak?
Adakah kalian sangka, Israel itu akan berhenti selepas menawan Palestin ini? Ketahuilah yang mereka itu akan bergerak menawan seluruh negara ISLAM yang lain. Mungkin aku telah tiada ketika itu. Tetapi aku tahu apa yang akan berlaku. Kamu tahu apa yang akan berlaku? Apa yang akan berlaku adalah apa yang telah berlaku kepada kami. Ketika itu baru kamu rasa, apa yang kami rasa hari ini. ALLAH telah berpesan,
“ Tidak akan sesekali redha yahudi dan tidak pula nasara sehingga kamu mengikuti jalan mereka”
Tidak cukupkah penderitaan kami? Sehingga bila kamu semua hendak tidur memekakkan diri? Hari kamu akan tiba nanti andai kamu tidak bergerak lagi. Ketika itu baru kamu merasai apakah seronok digelar pengganas di bumi sendiri.
Kamu tahu, kalaulah Masjidil Aqsa itu boleh bersuara, aku yakin yang dia akan menjerit memarahi kalian yang sedang duduk bergoyang kaki, membiarkan aku dan seluruh penduduk Palestina ini menderita. Kamu tahu,kalaulah dinding-dinding rumah yang ada di Palestin ini boleh bersuara, pasti mereka akan melaknat kalian yang buat tidak endah dengan keadaan kami di sini. Kamu tahu, kalaulah batu-batu yang anak-anak kecil kami baling itu boleh bersuara, batu-batu itu pasti akan berteriak menghina kebaculan kalian.
Tidakkah kamu tahu bahawa,nanti bayi-bayi kami, anak-anak kami, isteri-isteri kami, ayah dan ibu kami, pejuang-pejuang kami yang telah gugur semuanya itu akan bangkit di hari akhirat, hari yang ALLAH telah janjikan untuk kita berkumpul di Padang Mahsyar bersama, mereka akan mempersoalkan kalian di hadapan ALLAH atas apa yang kalian lakukan kepada kami hari ini. Aku tahu apakah yang akan mereka katakan nanti.
“ Ya ALLAH, mereka saudara kami, tetapi mereka telah membiarkan kami.”
Apakah kamu menyangka ALLAH akan melepaskan kalian?
Hari itu kami akan bangkit dengan darah-darah kami sebagai bukti perjuangan dan penderitaan kami. Darah kami akan berbau harum seperti kasturi. Kerna kami syahid dalam mempertahankan deen ALLAH yang ALLAG redhai. Kalian tahu, yang mati syahid tidak akan dihisab oleh pertimbangan ALLAH. Kami akan terus masuk ke syurga. Tetapi apakah nasib kalian ketika hari itu? Kalian akan merangkak di Siratul Mustaqim kerana pemeriksaan yang sangat berat oleh ALLAH. Dosa kalian meninggalkan kami amat berat sebenarnya.
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walau sebesar zarah, tetap akan dihitung, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan walau sebesar zarah, tetap akan dihitung”
Pasti kalian akan meminta dijadikan sebagai tanah ketika itu.
“ ...alangkah baiknya jika dahulu aku hanyalah tanah”
Kamu tahu, aku dan semua sahabatku, juga semua mereka yang telah mati terkorban, terbunuh di sini, tidak memerlukan belasungkawa kalian. Yang kami perlukan adalah perubahan diri kalian. Kita saudara bukan? Kenapa kalian mesti membiarkan kami? Berubahlah untuk ALLAH, untuk diri kalian sendiri. Ketahuilah bahawa ISLAM itu satu. Palestin juga adalah tanah kamu. Kenapa kalian membiarkan kami? Buangkanlah wahn dalam hati kalian. Dunia ini hanya sementara. Akhirat jualah yang benar dan kekal abadi selama-lamanya. Bukankah ALLAH telah berpesan kepada kalian,
“ setiap yang bernyawa akan merasai kematian, dan hanya pada hari kiamat sahajalah diberikan dengan sempurna balasan kamu. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka, dan dimasukkan pula ke dalam syurga, sungguh dia telah memperolehi kemenangan, kehidupan di dunia ini tiadalah lebih dari kesenangan yang memperdaya”
Kenapa kalian mesti takut dengan segala sekatan Israel dan kuncunya Amerika? Adakah kerana mereka memegang nyawa kalian? Adakah kerana mereka memegang harta kalian? Buanglah wahn, hilangkanlah cinta dunia dan takut mati kalian. ALLAH jugalah yang memegang nyawa kalian. ALLAH jugalah yang menjaga kalian. ALLAH jugalah yang berkuasa atas kalian. Bukankah ALLAH sering mengulang di dalam Al-Quran,
“ Sesungguhnya ALLAH itu atas segala perkara”
Aku ulang, hidup kita hanya sementara. Hanya sementara. Kenapa kalian sia-siakan akhirat yang selama-lamanya untuk dunia yang sementara ini. Apa yang kalian takutkan?
Janganlah kalian hanya menjadi buih, dijentik terus pecah. Rasulullah telah mengetahui akan datangnya zaman ini. Sabdanya,
“ kelak ummat-ummat lain akan menggerumuni kalian seperti orang-orang lapart menggerumuni hidangan”
Sahabat-sahabat bertanya, “ Apakah ketika itu bilangan kamu sedikit ya Rasulullah?”
Rasulullah SAW menjawab, “ Tidak, bahkan kamu ramai. Tetapi kamu seperti buih di lautan. Kamu telah diserang penyakit wahn”
Sahabat bertanya lagi, “ Apakah wahn itu ya Rasulullah?”
“ Cinta dunia dan takut mati”
Aku dengar kalian mempunyai banyak tentera dan senjata yang hebat-hebat. Kalau seluruh negara ISLAM bersatu, Amerika juga bukan tandingan. Hendak menentang Hizbullah pun mereka tidak mampu, apalagi menentang kesatuan kalian. Kenapa kalian takut? Buangkanlah wahn. Bantulah kami. Bukankah di dalam Al-Quran yang kalian kita sama-sama membaca ada tertulis,
“ Dan sekiranya mereka meminta pertolongan kalian(ketika mereka diserang) kerana ISLAM, kalian mestilah sudi menolong mereka”
Ah...
Kereta kebal mereka telah mampir. Aku mesti bersiap sekarang. Kalian tahu, walaupun kami mati, kami akan masuk syurga. Kalian yang terus hidup akan ke mana? Kalian akan dipersoalkan atas apa yang berlaku pada kami hari ini. ALLAH bersama kami dan tidak bersama-sama musuh kami. Mati kami mati mulia, menang mereka menang hina. Kami jugalah yang menang sebenarnya.
ALLAH itu matlamat kami,
Rasul itu contoh ikutan dan pemimpin kami,
Al-quran itu perlembagaan kami,
Jihad itu adalah jalan kami,
Dan mati di jalan ALLAH itu, adalah cita-cita tertinggi kami.
Aku tinggalkan pesanan ini, moga pesanan ini tidak hancur dimusnahkan oleh kemusnahan yang berlaku di sini. Pesanan ini untuk kalian. Ya, kalian. Saudaraku, seaqidah denganku.
Semoga ALLAH mencampakkan kesedaran dalam hati kalian, semoga ALLAH membangkitkan raksasa yang tertidur akibat bius yang disuntik oleh musuh, semoga ALLAH membangkitkan kekuatan kita. Semoga ISLAM itu kembali tinggi seperti dahulu kala, atau mungkin lebih baik lagi.
Janganlah kalian takut, sesungguhnya ALLAH telah berjanji,
“ Sekiranya kamu membantu ALLAH, maka ALLAH akan membantu kamu dan menguatkan kaki-kaki kamu”
Ketahuilah, ALLAH tidak akan ubah nasib kita, melainkan kita berusaha.
ALLAH mengingatkan kita dalam firmanNya,
“ Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum, melainkan kaum itu mengubah dahulu apa yang ada pada diri mereka”
Salam dari sahabat dan saudara kalian, anak Palestina bumi berdarah, bumi perjuangan, bumi pengorbanan.
Selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Sesungguhnya api neraka itu azabnya tidak terkira.
Assalamu’alaikum.
Anak Palestina, Fathi Abzinah.
-saya dedikasikan cerpen ini untuk saudara-saudara saya yang sedang berjuang di Palestina. Harap usaha yang saya lakukan ini mengetuk hati-hati yang masih hidup dari kalangan muslimin yang lain. Hanya ini yang mampu saya lakukan. Ampunkanlah kelemahan saya wahai saudara-saudara saya di Gaza, Palestin. Saya hanya mampu berdoa, menangis, menulis, menyeru dan bersuara-

Bait Hanun.. kisah pilu palestina

Anggota tubuh berserakan dan darah mereka berceceran di antara sisa-sisa makanan yang hendak mereka makan pagi itu. Pembantaian berdarah yang dilakukan penjajah Zionis Israel terhadap keluarga Abu Mu’tiq di Bait Hanun.
“Bu… kapan suara bom itu berhenti?”. “Bu… apakah kita bisa bermain di pantai dan berenang-renang di sana?”. “ Bu… kita pasti bisa bermain sepeda lagi di sekitar rumah”. “Bu… seperti kata Ibu, kita pasti bisa naik mobil menembus pengepungan ini, benarkan, Bu?”
Pertanyaan-pertanyaan itu mengisi benak dan mimpi anak-anak di Gaza. Mereka bertanya dan bertanya pada orang tua mereka, kapan mereka bisa bersuka cita? Apalagi, meski tak terlalu mengerti, setidaknya mereka turut mendengar bila ada perwakilan Gaza yang berangkat ke Kairo Mesir untuk membahas upaya gencatan senjata. Itu tandanya, bagi mereka, ada kebahagiaan setelah itu.
Hanaa, gadis cilik usia lima tahun berteriak gembira, “Akhirnyaaa… aku bisa tidur dengan tenang”. Adiknya, Sholih yang berusia empat tahun menyambut, “Kita bisa bermain dan bersenang-senang lagi”.
Sang Ibu kemudian menjawab kebahagiaan itu, “Ayo sekarang tidur dulu, biar besok pagi kita dengarkan bagaimana berita tentang gencatan senjata. Semoga saja harapan yang kalian harapkan terwujud”. Malam itu, keluarga muslim di Gaza pun terlelap dalam mimpi indahnya tentang suasana yang lebih aman.
Hingga Abu Mu’tiq, sang Ayah, berkata, “Mereka semua merampas semua keluargaku, rumahku sekarang hancur, tak ada penghangat di musim dingin, semuanya hilang. Mereka semua bermimpi tentang gencatan senjata dan pencabutan isolasi Gaza. Mereka juga sudah merencanakan hari libur yang indah. Mereka ingin hidup dengan aman.
Tapi kedengkian dan kebencian Israel telah merampas mereka dan mimpi-mimpi mereka. Mereka semuanya meninggal..”
Semua harapan dan mimpi itu dijawab oleh Zionis Israel dengan berita mengiris hati dengan sembilu. Pagi keesokan harinya, bom Israel sengaja ditembakkan ke rumah Abu Mu’tiq yang terletak di utara Gaza. Anak-anaknya yang ada dalam rumah itu, Mas’ad, Hanaa, Sholih, Radena, semuanya bergelimpangan tanpa nyawa di antara reruntuhan rumah. Seorang tetangga di lokasi mengatakan, “Mereka (korban) saat itu sedang makan ketika serangan menerjang mereka dan serpihan rudal penjajah menyerbu tanpa peringatan merubah jasad mereka menjadi potongan-potongan yang tercabik-cabik”.
Dalam kondisi yang sangat berbahaya, para tetangga yang lain mengevakuasi potongan tubuh dan jasad dengan gerobak, sang Ibu yang penuh luka dan tangis telah juga sampai ke rumah sakit, namun tak beberapa lama ia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir, menyusul keempat anaknya. Ia seperti tidak mau berlama-lama tinggal di dunia yang hampa dari senyuman anak-anak yang menjadi buah hatinya.
Hari itu, Bait Hanun, menyelimuti jasad para syuhadanya. Duka kembali menghangat di perkampungan pejuang Palestina yang tak mau tunduk dengan keinginan Israel dan AS yang terbukti haus darah. Ribuan pelayat memenuhi jalan-jalan di wilayah utara Gaza, mereka sengaja datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada keluarga Abu Mu’tiq yang tewas sekeluarga dibantai serdadu bengis Yahudi.
Ketika menyaksikan jasad istri dan keempat anaknya hendak dimasukkan ke liang lahat, Abu Mu’tiq hanya bisa meletakkan kedua tangannya di kepalanya sambil mengucapkan, “Hasbunallohu wani’mal wakil, laa haula walaa quwwata illa billah..” bibirnya kelu dan hatinya sedih. Yang dia ingat hanya mimpi-mimpi dari rangkaian kisah pilu para keluarga syuhada Palestina.
Keluarga Ali Atha Allah (6 syuhada), keluarga Galia (7 syuhada), keluarga Abu Salamia (9 syuhada), keluarga Abu Mathar (7 syuhada), mereka adalah korban kejahatan pembantaian oleh tangan-tangan pasukan penjajah Israel yang tak mengenal bahasa kecuali kekerasaan dan teror.
Kisah seperti ini sudah sering terjadi, kisah pilu lantaran kita tak bisa mempercayai janji Israel. Memang kita tidak akan pernah mendapati kebenaran dari musuh-musuh Allah . Dan kita pun tidak pernah berharap belas kasih para pembunuh anak-anak dan wanita-wanita di Palestina pertaruhan hidup yang keras yang tidak kita rasakan di sini. Semoga Allah mengokohkan iman mereka dengan balasan surga-Nya dan semoga kita termasuk orang-orang yang tidak keras hati untuk merasakan penderitaan saudara-saudara kita di sana.
Semakin jelas kita rasakan, kita lihat pembantaian demi pembantaian yang terus terjadi ditengah pembicaraan damai dan kejahatan biadab ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa Israel adalah negara teroris yang dipimpin oleh para jendral teroris yang mengincar anak-anak dan wanita. Hampir mencapai angka ratusan lebih korban blokade dan agresi yang dilakukan Israel.

Hazlin, Kisah Pilu Pengungsi Palestina

Duka nestapa dan putus asa mulai menghinggapi warga Palestina yang terjebak di perbatasan Gaza dan Israel. Sejak mereka melarikan diri beberapa saat setelah Hamas menguasai Jalur Gaza, pekan lalu, belum ada bantuan yang mereka terima.
Sebagian dari mereka sebenarnya bermaksud untuk pergi ke Tepi Barat melalui perbatasan Israel. Namun, Israel menutup semua pintu perbatasan. Para pengungsi pun terjebak di perbatasan tanpa makanan, minuman, dan obat-obatan.
Beberapa dari pengungsi itu sekarat. Salah seorang di antaranya adalah anak Mohammed Sliman al-Hazlin yang masih bayi bernama Baha. Dia mengalami luka bakar pada sepertiga tubuhnya. Tangan dan kakinya rusak berat. Ketika dia bernapas, dari kerongkongannya terdengar suara desisan. Luka itu Baha dapatkan ketika terjadi kebakaran di rumahnya.
Baha membutuhkan perawatan medis segera dan itu hanya bisa dia peroleh di wilayah Israel. Sayangnya, tidak ada akses yang bisa digunakan orangtuanya untuk membawa Baha ke rumah sakit di seberang perbatasan. Pintu perbatasan tetap tertutup untuknya.
Hazlin, ayah Baha, bukannya tidak berusaha mencarikan pertolongan. Dia berkali-kali menghubungi nomor agen penghubung di Palestina untuk mendapatkan akses masuk ke Israel, ke rumah sakit, atau ke petugas medis. Namun, semua panggilan teleponnya tidak dijawab.
"Mereka mengatakan, orang Israel sudah mencatat nama saya. Mana Palang Merah? Mengapa tidak ada satu orang pun yang datang menolong," katanya meratap.
Hazlin hanya bisa menunggu akses masuk untuknya dan Baha. Namun, itu pun tidak pasti. Hazlin kini hanya bisa pasrah dan bersedih melihat keadaan Baha. Dia hanya bisa mengipasi wajah anak laki-lakinya sekadar untuk mengurangi rasa nyeri.
Evakuasi pengungsi Palestina yang sakit atau terluka ke wilayah Israel memang semakin rumit setelah Hamas menduduki Jalur Gaza. Para staf di Kementerian Kesehatan Palestina yang bertugas mengoordinasikan warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis di Israel kini tidak bisa menjalankan fungsinya lagi.
Selain Baha dan Hazlin, masih ada ratusan orang lainnya yang menunggu di pintu perbatasan. Di antara mereka adalah Hisham Abu Shaaban, warga Palestina yang beristrikan perempuan Turki. Dia bersama keluarganya bermaksud hijrah ke kota Izmir, Turki, agar bisa hidup dengan tenang dan aman.
"Saya belum tahu apa yang akan saya lakukan di sana. Saya hanya ingin istri dan anak laki-laki saya aman. Beberapa saat setelah saya melihat serangan bom mobil di Gaza, saya (pikir) Gaza akan segera menjadi Irak," ujarnya.
Ada beberapa kelompok orang yang lebih mudah menyeberangi perbatasan meski tidak luka atau sakit. Mereka adalah orang-orang Palestina dengan dwikewarganegaraan, di antaranya yang memiliki paspor AS.
Rupanya, keamanan dan keselamatan memang hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu. (AFP/BSW)